Duduk berdempetan pada bangku panjang di pinggir jalan Corso Umberto di kota Torino, mereka akhirnya sepakat untuk membentuk sebuah klub sepakbola. Mereka menamai tim anyar itu Augusta Tourinorum. Namun, Canfari bersaudara memprotes karena terlalu panjang. Akhirnya dipilih kata Latin untuk ”MUDA” sebagai identitas klub mereka : JUVENTUS.
Sebagai ketua perkumpulan dipilih si cerdas ENRICO CAFARI, yang segera menjadikan kawasan Piazza D’Armi sebagai tempat berlatih. Tempat yang hingga kini masih dipakai sebagai tempat Bianconeri berlatih ini jadi terkenal karena Juventus mulai dapat mengalahkan klub – klub lain di Torino pada 3 tahun pertamanya.
Gelar pertama Juventus di raih pada Tahun 1905 setelah mengalahkan tim terkuat saat itu, yakni Genoa dan Milanese. Para pemain mempersembahkan mahkota kejuaraan itu kepada Presiden mereka yang berkebangsaan Swiss, ALFREDO DICK.
Tak lama sesudah masa suka cita itu, sang Presiden angkat kaki akibat berselisih paham dengan mayoritas pemain utama di Juventus. Pasalnya sederhana saja, krisis rasionalisme.
Para pemain pribumi merasa gelar Juventus kurang ”afdal” lantaran masih ada senyawa asing dalam klub itu. Akibatnya sungguh fatal, Dick yang pergi ternyata membawa serta para pemain asing potensial dan membentuk sebuah klub baru yang diberi nama TORINO.
Akibat berkurangnya kekuatan, di tahun – tahun berikutnya langkah Juventus jadi berat. Dominasi klub Pro Verceli, Casale, serta Inter dan Ac Milan pada masa sebelum Perang Dunia (PD) 1 seperti tak terbendung oleh Juventus.
Pada PD 1, Juventus berduka karena Presiden Pertama mereka, Enrico Cafari, tewas di medan perang. Setelah PD berakhir, Juventus bertekad bangkit menebus kesedihan. Di bawah pimpinan Presiden CORRADINO CARRADINI, kiper Giacone serta bek Novo dan Bruna dipanggil untuk memperkuat Gli Azzuri (Timnas Italia). Uniknya, sang Pemimpin Juventus di masa kebangkitan ini adalah seorang penulis puisi dan lagu. Lagu resmi Juventus bahkan ditulis sendiri oleh Corradini, dan bertahan hingga era 60-an.
Invasi Keluarga Agnelli
Teori kepemimpinan Corradini akhirnya berganti dengan profesionalisme manajemen pada tahun 1923. Pada 24 Juli tahun itu mayoritas pengurus Juventus Sepakat memilih EDOARDO AGNELLI sebagai Presiden.
Putra dan pendiri pabrik mobil FIAT ini kelak dikenal sebagai pemimpin yang melahirkan kiper Legendaris Italia, Giampiero Combi. Kekuatan otak bisnis Agnelli memang memicu Combi tampil maksimal.
Bagaimana tidak, sang Presiden rela mengeluarkan fulus dari koceknya untuk memindahkan Stadion klub Si Hitam – Putih itu ke Corso Marsiglia. Di tempat anyar ini pendukung Juventus (Juventini) dapat menyaksikan klub kesayangannya dengan nyaman karena tersedia tribun yang sangat memadai.
Tidak berhenti disitu, Pelatih ”Betulan” yang pertama pun didatangkan dari mancanegara. Allenatore Jeno Karoly didatangkan dari Hongaria bersama Gelandang kiri Hirzer. Di tangan Karoly, talenta hebat macam Combi, Rosetta, Munerati, Bigatto dan Grabbi berhasil meraih Scudetto ke2-nya di musim 1925/26.
Di awal tahun 30-an, Juventus mulai menunjukkan pamor sebagai sebuah klub bermental juara. Pada dekade itu mereka berhasil menyabet Scudetto 5 kali berturut – turut di bawah bimbingan Allenatore Carlo Carcano (1930 – 1935). Pelatih bertangan dingin ini sukses memadukan bakat – bakat hebat semodel Orsi, Caligaris, Monti, Cesarini, Varglien I dan II, Bertolini, Ferrari serta Borel II.
Di tengah periode keemasan ini, pada 1933, Juventus pindah ke sebuah Stadion yang dibangun untuk World University Games, Stadion COMUNALE. Kelak di kandang anyar itu nama GIAMPIERO BONIPERTI, OMAR SIVORI, JOHN CHARLES, MICHEL PLATINI, ROBERTO BETTEGA dan PAOLO ROSSI diabadikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar